Loading...
teman-teman! Jangan biarkan anak-anak anda membeli dan makan seperti ini..
Aku hanya ingin kau berbagi apa yang keponakan saya meninggal dengan permen ini yang ia jual di toko 1 Peso untuk membunuhnya, sangat sedih, ia menyelesaikan hidupnya karena permen ini dengan racun.
Aku hanya ingin kau berbagi apa yang keponakan saya meninggal dengan permen ini yang ia jual di toko 1 Peso untuk membunuhnya, sangat sedih, ia menyelesaikan hidupnya karena permen ini dengan racun.
Peristiwa
itu begitu cepat setelah ia makan ini tiba-tiba, ia muntah muntah dan
ngrereklamo bahwa tiba-tiba kepalanya begitu menyakitkan, kami
membawanya ke darurat dan hilang kesadaran, sejak saat itu dia tidak
bangun. Dia telah pindah ke ICU dan di sana dia kehilangan kehidupan.
Selama
lebih dari 2 jam setelah dia makan permen ini, dia tidak akan
kehilangan kehidupan. Saya akan memberikan ini kepada anda sehingga
tidak akan terjadi lagi kepada keponakan saya, kepada anak-anak lain
pls. Tolong jaga anak-anak anda dan pastikan anda tahu apa yang anda
beri makan mereka dan jangan biarkan mereka membeli di toko apa. Tolong
bagikan dan bagikan orang tua di luar sana.
© Emily Sapungan
© Kelly Mei
© Emily Sapungan
© Kelly Mei
Jajanan
dengan berbagai jenis bentuk dan warna dikemas secara menarik, lantas
disajikan para pedagang kepada anak-anak di lingkungan sekolah maupun
perkampungan setiap hari. Tetapi, masyarakat tidak tahu kandungan gizi
atau bahkan jajanan itu berbahaya bagi kesehatan anak.
Di
sisi lain, orangtua selalu memberi uang jajan kepada putra putrinya
ketika mau berangkat sekolah dan merasa kasihan jika anak balitanya
merengek minta jajan tetapi tidak dipenuhi. Orangtua merasa bersalah
apabila tidak menuruti kemauan anak, karena orangtua bekerja mencari
uang juga untuk keperluan anak. Apalagi bagi keluarga mampu, jika
orangtua tidak memberikan uang jajan atau menuruti kemauan anak maka
akan dicap tetangga kanan kiri sebagai orangtua yang pelit.
Sebenarnya,
boleh saja anak jajan tetapi pada saat tertentu atau kadang-kadang
saja, jangan biarkan jajan menjadi kebiasaan rutin anak. Namun, sebagian
masyarakat modern sekarang ini justru bangga dengan kebiasaan buruk
anak tersebut, karena merasa bisa menuruti kemauan anak. Jika orangtua
membiarkan kebiasaan anak jajan di sekolah sebenarnya merugikan bagi
anak dan orangtua, karena makanan yang dibeli anak belum tentu bergizi
dan sehat.
Dari
pada memberikan uang jajan kepada anak, orangtua dapat memberikan
penggantinya dalam bentuk bekal makanan sebab jajanan belum tentu
terjamin nutrisi dan kebersihannya, khususnya jajanan di luar sekolah.
Berdasarkan hasil survei Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada
2007, dari 4.500 sekolah di Indonesia ada 45 persen jajanan yang dijual
di sekitar sekolah tercemar bahaya pangan mikrobiologis dan kimia.
Bahaya
utama berasal dari cemaran fisik mikrobiologi dan kimia seperti pewarna
tekstil. Jenis jajanan berbahaya ini meliputi makanan utama, makanan
ringan, dan minuman. Psikolog Universitas Indonesia, Mayke S.
Tedjasaputra mengatakan, untuk mencegah kebiasaan jajan anak harus
dimulai dari pola makan keluarga. Salah satu cara adalah membuat
"kudapan tandingan" yang tidak kalah enak dari jajanan yang dapat dibeli
di luar rumah. Sebagai upaya preventif, katanya, anak harus dikenalkan
pada pola makan sehat dan orangtua harus dapat dijadikan contoh atau
panutan. "Tidak ada gunanya melarang anak jajan kalau orangtuanya juga
sering jajan dengan alasan tidak sempat memasak karena kesibukannya,"
katanya. Selain itu, sebagai upaya kuratif, orangtua harus dapat menata
kegiatan makan, membuat penganan bersama dengan anak, dan memperkenalkan
anak pada berbagai jenis makanan.
Menurut
dia, orangtua harus berani bertindak tegas untuk melarang anak yang
suka jajan, karena kebiasaan ini bisa berpengaruh pada pola makan anak.
"Orangtua harus bertindak tegas terhadap kebiasaan kurang baik itu.
Bertindak tegas bukan berarti harus dengan cara kekerasan membentak atau
lainnya, tetapi anak dibatasi untuk jajan," katanya. Ia mengatakan,
kebiasaan jajan dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah, apalagi
makanan yang ia beli belum tentu bergizi dan sehat. Untuk mencegah
kebiasaan tersebut, bagi balita biarkan anak menangis kalau mau minta
jajan. "Sampai menangis berguling-guling pun biarkan dia. Ini sebagai
pembelajaran," katanya. Namun, orangtua harus memberi pengertian pada si
kecil bahwa kebiasaan jajan tidak baik dan ia diberi kesempatan untuk
jajan pada hari tertentu saja, jangan setiap hari.
Ia
mengatakan, kebiasaan jajan bagi anak merupakan pengalaman yang
menyenangkan. Kadangkala kebiasaan ini untuk melawan orangtua, agar sama
dengan teman lainnya, dan untuk "membeli" atau disukai teman. Menurut
dia, untuk mengurangi kebiasaan anak jajan di sekolah bisa dimulai
dengan membatasi pemberian uang jajan. Boleh jajan pada waktu atau hari
tertentu saja. Spesialis gizi klinik Departeman Radioterapi Rumah Sakit
Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. Fiastuti Witjaksono, MS, SpGK
mengatakan, untuk mencegah anak suka jajan makanan kurang sehat (kurang
higienis, mengandung pengawet dan pewarna) di sekolah, orangtua harus
membiasakan anak untuk sarapan pagi. Ia mengatakan, sarapan pagi sangat
penting karena merupakan persiapan asupan energi untuk beraktivitas dan
untuk menyerap pelajaran di sekolah. Bagi anak yang susah makan di
rumah, orangtua harus bisa memberikan pengertian bahwa makanan untuk
kebutuhan tubuh anak bukan untuk kepentingan orangtua.